Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
"Kau hanya bisa melihat jelas dengan hatimu"
Kemudian pangeran kecil berkata lagi dalam hati, “Aku dulu mengira diriku kaya, karena punya bunga yang unik, tetapi ternyata yang kumiliki hanyalah mawar biasa. Itu ditambah tiga gunung berapi, yang tingginya Cuma selututku… dan salah satu dari tiga gunung berapi itu mungkin mati untuk selamanya. Semua milikku itu tidak tidak membuatku menjadi pangeran yang hebat.” Dan, berbaring dirumput, pangerah kecil menangis. (Pangeran kecil –Antoine de saint-Exupery hal. 76)
Memiliki benda memang menyenangkan. Berusaha sekuat tenaga bekerja, mencari uang, dan membelanjakannya untuk membeli sesuatu yang kita sukai, menyenangkan hati, dan membuat diri berguna, sangat menyenangkan. Membuat kesenangan yang menyenangkan.
Memiliki bunga, bisa membuat diri berarti. Karena dialah yang kau sirami. Karena dialah yang kau tutup dengan plastik. Karena dialah yang kau lindungi dari tabir surya. Karena dialah yang ulat-ulatnya kau bunuh. Karena dialah yang kau dengarkan, waktu ia mengeluh, atau menyombongkan diri, atau ketika dia Cuma membisu. Karena dialah mawarmu. « waktu yang telah kauhabiskan untuk mawarmulah yang membuat mawarmu begitu penting. » Namun mawar hanyalah bunga. Masa hidupnya tak lebih dari 2 minggu. Samua mawar begitu. Mawar yang kau urus itu hanya mawar biasa.
Waktu terus berputar, ia tidak menunggu, bahkan untuk menunggu sebulir air mata kering. Perputaran waktu adalah sesuatu yang tetap, ia tetap berputar, dan berubah tetap. Ia kejam karena menindas mereka yang berhenti.
Musa seorang pangeran yang lembut hati, pernah merasakan apa itu sia-sia. Dia padahal telah merasakan apa yang katanya Habermas sebagai (Harta, Tahta, Cinta) sukses yang di idam-idamkan manusia.
Menjadi ahli waris kedua dari sebuah kerajaan besar tidak membuat Musa merasa menjadi seorang pangeran hebat. Memiliki cincin kerajaan yang memungkinkan dirinya berkuasa atas pemerintahan tidak membuat dirinya hebat. Dan memiliki gadis cantik yang mencintainya tidak membuat dirinya hebat. Ia menangis melihat sebuah penderitaan.
Siddartha Gautama juga pernah mengalaminya. Bertemu dengan seorang minta-minta ditengah jalan membuka mata hatinya. Ia seorang pangeran, kaya raya, berkuasa dan berperangai baik.
Adakah yang kekal. Bilakah menolong sesama manusia yang menderita adalah utama. Adakah berprilaku baik adalah utama dalam hidup. Rasanya semua hanya akan sia-sia.
Yang kekal ada. Lakukanlah apa yang Matius tulis di pasal 28 :19-20. Hidupmu tak akan sia-sia.
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
- erick's blog
- 3259 reads