Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Karunia untuk Membual
Ternyata memang kemampuan manusia untuk memahami suatu teks berbeda-beda. Ada orang yang sadar tidak memahami suatu teks. Ada orang yang memahami suatu teks secara akurat, yaitu sama persis dengan makna yang dimaksud oleh penulisnya. Ada orang yang mampu memahami tetapi secara kurang tepat. Ada orang yang keliru memahami yaitu merasa memahami namun sebenarnya mendapat makna menyimpang atau bertentangan dengan yang dimaksud penulis teks.
Rupa-rupa pencapaian dalam upaya memahami teks tersebut diakibatkan oleh adanya kesenjangan antara pembaca dengan penulis teks. Kesenjangan itu bisa berupa perbedaan jaman, budaya, keyakinan, ideologi, usia, jenis kelamin, profesi, bidang ilmu, latar sosial, latar ekonomi dll.
Kesenjangan adalah perkara yang relatif mudah diatasi. Upaya pembacaan yang terus-menerus terhadap teks dan penggalian lebih lanjut menyangkut berbagai latar belakang penulis akan mempersempit kesenjangan dan pemahaman akan semakin mendekati akurat.
Sebagaimana penulis dipengaruhi oleh latar belakang, maka pembaca pun dipengaruhi oleh prasangka. Persoalan yang sulit dalam upaya memahami teks adalah jika ternyata pembaca gagal membebaskan diri dari prasangka ini.
Ketika pembaca berusaha memahami suatu teks, ia berusaha memposisikan diri sebagai si penulis. Ketika pembaca berusaha berpikir seperti cara berpikir penulis dan berusaha merasakan apa yang dirasakan penulis, pembaca menggunakan empatinya. Empati adalah kemampuan untuk memposisikan diri sebagai orang lain. Prasangka menggangu empati bekerja, sehingga upaya memahami juga terganggu. Pembaca yang berhasil adalah pembaca yang sadar bahwa prasangka selalu ada dan sewaktu-waktu bisa mengganggu upayanya memahami teks.
Persoalan terberat adalah jika ternyata kerja empati mengalami gangguan akibat gangguan-gangguan internal dari diri pembaca; bukan karena prasangka, dan bukan karena kesenjangan antara pembaca dan penulis. Gangguan internal ini bisa karena gangguan psikologis, maupun gangguan fisiologis (misalnya gangguan fungsi kognitif).
Orang yang minim empati biasa kita kenal sebagai yang hatinya bengkok, licik, tidak kenal rasa malu ketika melakukan kesalahan. Orang macam inilah yang saya maksud dengan orang dengan karunia untuk membual.
Bagaimanakah hati yang bengkok diluruskan? Hati yang licik dibersihkan? Benarkah Firman Kristus dapat membersihkan hati manusia? Baca Alktiab tiap hari? Tamat keseluruhan Alkitab setahun tiga kali? Berdoa lima kali sehari? Makan Tubuh Kristus dan minum Darah Kristus tiap hari? Karunia bahasa Lidah? Puasa? Sakit dan penderitaan? Penganiayaan? Kamp kerja paksa?
Semoga Allah mengasihani kita dan memberi kita jalan keluar.
*ke dapur, nyeduh kopi, mari berdiskusi*
- QuoVadis's blog
- Login to post comments
- 3571 reads