Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
InGin DiManJa
Ia mendatangiku. Diam saja disamping pintu mobil. Kepalaku puyenk, tapi tak sampai hati diam saja. Kuturunkan jendela, tangannya mencari jemariku. Kubiarkan ia mengelusnya. Kulit tanganku masih kencang dan bagus. Mungkin ia iri dengan kulitnya yang sudah keriput. Tapi ini hanya dipikiranku saja, malah kemungkinan besar ia tak memikirkannya sama sekali.
Ketika kami sampai, ia duduk dibawah tiang bendera. Disaat yang lainnya telah berkumpul dan menunggu kedatangan kami, ia duduk dibawah tiang bendera, di luar, sendiri!
Kumpulan 15 orang lansia seketika bagai langit bertaburan bintang. Setiap bintang membunyikan loncengnya. Entahlah sepertinya pilihan pengandaian ku tidak cocok. Sungguh tidak ada yang cocok untuk menerangkannya disini. Tak apalah.
Oma Jum. Seorang nenek yang masih kelihatan tomboy. Sekarang aku tahu ia dititipkan keluarga di Panti ini. Terpukul kejadian bulan sebelumnya, ia bercerita pada keluarganya, bahwa ia takut mati sendiri, tidak diurus keluarga, dan tidak mau dikubur sembarang. Namun respon yang ia dapat dari keluarga, bukanlah apa yang diinginkan hatinya.
Ia ngambek. Berperang melawan keinginannya dimanja. Ia dijanjikan anaknya sebuah janji yang akan menyenangkan hatinya. Sebuah janji yang akan terpenuhi jika ia mati. Sebuah keinginan untuk dimanja.
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
- erick's blog
- 4531 reads