Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Indahnya Hidup dalam Cinta
orang yang bilang, hidup menjomblo itu menyenangkan, bebas bergerak
tanpa harus merasa diri terikat atau dikendalikan oleh pacar atau
keadaan yang melingkupi hubungan dua anak manusia yang sedang pacaran.
Pada periode masa waktu tertentu, itu memang benar. Lingkup kebebasan
seorang jomblo tidak dibatasi oleh adanya suatu kondisi dimana dirinya
harus mengingat ada seseorang yang mengharapkan dirinya tidak
dilupakan. Namun itu sifatnya sementara saja karena pada waktu-waktu
tertentu, kebebasan itu justru membuat diri seorang jomblo merasa
"kesepian" karena tiada pribadi yang bisa diajak berbagi.
Kebebasan
juga tidak dapat dirasakan secara utuh pada saat orang tua mulai angkat
bicara. Lingkup pergaulan juga bisa membuat orang yang memilih hidup
menjomblo harus melihat kenyataan bahwa teman-temannya banyak yang
melakukan hal berbeda dari apa yang dia pilih. Ketika teman-temannya
memilih untuk menjalin kebersamaan dalam bentuk hubungan pacaran, hidup
serasa ditinggalkan teman...
Sesungguhnya ada satu benang merah yang
jelas terlihat kalau seseorang yang lebih memilih untuk hidup menjomblo
dibandingkan memiliki pacar, atau bahkan menikah. Benang merah itu
adalah "RASA TAKUT."
Takut dikecewakan, takut disakiti atau
menyakiti, takut gak bisa mencintai dengan tulus, dan ketakutan yang
sering menjadi kendala saat seseorang terikat hubungan pacaran, yaitu
takut mengeluarkan uang. Mungkin, masih ada lagi bentuk-bentuk
ketakutan lainnya yang membuat seseorang lebih memilih untuk menikmati
hidup dalam kesendirian.
Dari sejumlah rasa takut itu, mungkin
yang paling aneh dan kurang bisa diterima akal adalah adanya rasa takut
gak bisa mencintai kekasih hatinya dengan tulus. Hah?
Ketulusan
hati memang merupakan hal yang perlu dihadirkan dalam menjalankan
hubungan dengan pacar. Tanpa ketulusan, ego pribadi akan mendominasi.
Itu adalah musuh besar dari dahsyatnya sebuah hubungan cinta kasih,
karena ego merupakan salah satu krikil tajam yang bisa membuat hubungan pacaran menjadi retak.
Cinta
itu harus dari dalam hati dan gak boleh merasa terbebani. Cinta itu
harus apa adanya, sebaiknya gak merasa terpaksa atau memaksakan diri,
karena ketulusan cinta, akan membuat segala sesuatunya bisa diterima
tanpa harus merasa ada beban.
Salah satu sumber ketakutan diatas
adalah karena seseorang yang memilih untuk hidup menjomblo pernah
disakiti. Perasaan yang pernah disakiti, membuat seseorang tidak siap
untuk membuka jalinan baru dengan yang lainnya.
Keadaan dimana
seseorang pernah merasa disakiti, memang dapat menghadirkan polemik
bagi orang tersebut untuk membuka hubungan pacaran dengan yang lainnya,
karena memang tidak seorang pun di dunia ini yang bisa menerima dirinya
disakiti. Tapi, pernah disakiti, bukanlah sebuah alasan untuk seseorang
menutup pintu hatinya "selamanya" dalam membuka jalinan lembar baru
dengan yang lainnya.
Yaaa, kondisi pernah disakiti itu
seharusnya tidak membuat seseorang malah menjauhi terbentuknya hubungan
baru dengan yang lainnya. Alasannya, kepribadian dari seseorang itu
belum tentu sama dengan kepribadian mantan kekasih hatinya itu.
Setidaknya, introspeksi diri diperlukan agar apa yang terjadi
sebelumnya, tidak terulang kembali.
Masalahnya, jarang orang yang
mau mengintrospeksi diri dan cenderung menilai kesalahan yang terjadi
bukanlah berasal dari dirinya. Walaupun kesalahan itu bukan terjadi
karena kesalahan dari dirinya, itupun sebaiknya tidak menjadi alasan
pembenaran untuk tidak membuka lagi hati bagi terjalinnya hubungan
kekasih hati yang lain.
Ini bukan bermaksud mengkompori. Tapi
ketahuilah, bahwa apabila keadaan itu memang terjadi, maka itu sama
artinya seseorang itu tidak mau belajar menerima suatu, dan berusaha
mendapatkan nilai-nilai baik dari keadaan yang dialaminya. Sebab yang
benar, adalah sebuah kesalahan itu harus diperbaiki, bukan lari darinya
dan tidak mencoba mengeksploitasi kaidah-kaidah kehidupan yang benar
serta seharusnya.
Duri bunga mawar yang sempat tertancap,
bukan berarti tidak bisa kita ambil lalu dibuang jauh-jauh... sedangkan
kita dapat tetap merasakan keharuman dari mawar itu sendiri. Artinya,
kesalahan memang sudah terjadi, tapi bukan berarti itu tidak bisa
diperbaiki atau diulangi lagi kan...???
Kesendirian sempat
juga menaungi diri aku. Pada bulan April 2006, aku kembali sendiri.
Keluarnya keputusan bersama untuk berpisah disebabkan banyak hal-hal
prinsipil yang tidak dapat dipersatukan lagi. Ada diantaranya karena
ego, tapi banyak diantaranya karena kondisi dan keadaan yang ada, tidak
memungkinkan lagi hubungan itu dilanjutkan.
Aku bersyukur keputusan
itu aku ambil sebab kala itu, aku hampir saja melakukan sebuah
kesalahan fatal, yaitu hampir saja menjadi bagian dari "domba yang
hilang"... You know what i mean yaaa... Syukurlah, itu tidak terjadi.
Tuhan
rupanya sangat baik sama aku. Tidak dibiarkanNya aku tersesat dan
melepaskan iman kepercayaan aku. Sebuah kesalahan fatal dapat
terhindarkan.
Putus hubungan adalah sebuah kondisi yang sangat
menyakitkan. Tapi entah kenapa, saat itu, aku justru merasa "beban"
dipundakku diangkat dan rasa sakit itu tidak lama aku rasakan.
Perpisahan itu pun berakhir dengan damai.
Kesunyian kembali
tercipta selama kekosongan itu ada. Pencarian pun aku mulai lagi karena
memang aku bukanlah tipikal orang yang senang berada dalam kesendirian.
Sungguh, itu bukanlah sebuah pencarian yang mudah untuk dilakukan.
Walau banyak yang menarik, tapi sisi ruang hatiku tak juga terbuka.
Aku... masih... harus... mencari... sebuah... kecocokkan...
Prinsipku, iman tanpa perbuatan adalah mati. Maksudnya, kalau aku gak usaha, mana mungkin aku bisa dapat pacar...
Aku
tidak pasang kritia khusus. Bagiku, apabila pembicaraan bisa nyambung,
tidak berkata kasar, dan segala sesuatunya dilalui dengan pengertian,
aku pikir... gak ada salahnya untuk melakukan pendekatan hingga
penembakan.
Ya.. mereka, tak cuma 1 atau 2 saja. Mereka
melebihi angka 5... Bukan maksud untuk memilih... Bukan maksud juga
untuk menjadi petualang... Tapi ini adalah sebuah kenyataan dalam
pencarian... Mencari yang terbaik dari yang baik.
Mereka
baik... Mereka ramah... Mereka cukup mempesona... dan mereka, batak
juga, like me lahhhh...hehehehe... Tapi ada satu sisi dari pola
berpikir dan pola bersikap mereka yang masih belum bisa aku mengerti,
dan aku tidak juga menangkap apa makna yang sesungguhnya dari perasaan
mereka kepadaku...
Well, aku memang menginginkan bintang, tapi
bukan berarti aku harus mencapai bintang yang berkilau bila aku yang
mencintai mereka... Sebab yang aku inginkan, mereka pun mencintai aku,
apa adanya...
Itu... yang... aku... tidak... dapatkan... dari mereka.
Aku
tahu mereka tulus. Aku tahu, ada keinginan yang sama dengan apa yang
ada di dalam hatiku. Tapi, itu bukan berarti, "rasa" itu baru
didapatkan dengan segala mimpi yang hanya aku bisa rasakan sebagai
mimpi semata...
Yup... aku tak hanya ingin bermimpi untuk
dicintai seseorang perempuan yang aku sayangi. Karena sisi ruang dalam
hati ku pun menginginkan ada sisi cinta dari mereka yang aku sayangi.
Aku
memang menginginkan hubungan itu terjadi. Aku memang tak ingin hidup
sendiri, meskipun orang tua ku belum memberikan ceramah akan hal itu.
Tapi... aku memang tak ingin terlelap hidup dalam kesendirian.
Disini
aku baru tersadar dan mengambil pelajaran penting, bahwa diluar sana,
banyak juga perempuan-perempuan yang menginginkan diri mereka dicintai,
sehingga mereka bisa pula merasakan cinta itu. Bukan sesaat, namun
dalam keabadian.
Ketika keadaan terjadi, cinta adalah pilihan,
tak lagi memilih. Semua pikiran kiranya bisa menghalangi tumbuh dan
hadirnya cinta dalam hati, harus dibuang jauh-jauh karena cinta memang
harus diekspresikan agar orang lain juga bisa mengapresiasikan cinta
kepada kita.
Sekarang, sisi ruang itu telah terbuka...
Sudah lebih dari setahun lamanya, aku telah menemukan apa yang aku
cari. Sekarang, seorang kekasih hati, yang mau secara terbuka
menyatakan rasa cinta dan sayangnya kepadaku tanpa terlebih dahulu aku
mencintainya, ada di hati ku...
Oleh karena pilihan itu, aku
harus meninggalkan upaya pendekatan kepada ke-5 orang perempuan batak
yang sempat dekat sama aku karena aku ingin menjalani kebersamaan itu
hingga gerbang pernikahan aku gapai. Kepada mereka aku ingin mengatakan
:
aku mengharapkan segenap ketulusan dan kebaikkan kalian untuk
memaafkan aku, karena aku telah bertindak untuk membuat sebuah pilihan
dan hal itu telah membuat kalian telah terjebak dengan perasaan kalian
yang tak bisa aku lanjuti.
Aku berharap, kalian pun
mendapatkan yang terbaik untuk menjadi pendamping hidup kalian. Karena
kebaikkan kalian semua, akan mendatangkan cinta, dari orang yang sayang
sama kalian...
Sedangkan dari aku sendiri, khususnya kepada mereka yang masih menjomblo :
Bukalah pintu hati dan pikiran kalian agar kalian tahu, bahwa dicintai dan mencintai seseorang itu, benar-benar menyenangkan...
Jangan pernah mengatakan tidak, untuk CINTA... Meskipun semua telah berlalu, CINTA 'kan tetap ada selama-lamanya...
GBU everybody...
Sarlen Julfree Manurung
- sarlen's blog
- 5454 reads