Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Eksposisi Roma 1:8: Hidup yang Berfokus Kepada Kristus (Denny Teguh Sutandio)
Seri Eksposisi Surat Roma :
Hamba Kristus dan Fokus Injil-2
HIDUP YANG BERFOKUS KEPADA KRISTUS
oleh : Denny Teguh Sutandio
Nats : Roma 1:8
Pada ayat 8, Paulus menyatakan suatu sukacitanya karena dirinya mendengar kesaksian iman para jemaat Roma yang tersiar ke seluruh dunia. Kata “tersiar” di sini diterjemahkan oleh King James Version sebagai is spoken of dari bahasa Yunaninya kataggello? yang artinya to proclaim, promulgate, declare, preach, shew, speak of, teach yang dalam bahasa Indonesia secara keseluruhan berarti iman mereka diproklamasikan atau dideklarasikan keluar atau diajarkan ke seluruh dunia (Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari menerjemahkan, “sebab seluruh dunia sudah mendengar bahwa kalian percaya sekali kepada Kristus.”). Paulus sadar bahwa iman mereka sampai tersebar luas ke seluruh dunia adalah anugerah Allah, sehingga Paulus langsung bersyukur kepada-Nya melalui Kristus karena mendengar berita tersiarnya iman mereka ke seluruh dunia. Matthew Henry dalam tafsirannya Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible terhadap ayat ini mengatakan, “In all our thanksgivings, it is good for us to eye God as our God;” Di sini, beliau mengaitkan antara ucapan syukur kepada Allah dan melihat Allah sebagai Allah. Dengan jelas, beliau ingin mengajarkan bahwa ucapan syukur sejati dan beres adalah ditujukan kepada Allah sejati. Nah, seringkali di dalam ucapan syukur yang meskipun kita katakan dialamatkan kepada Allah, sebenarnya itu hanya klise dan omong kosong belaka, karena ucapan syukur kita tidak pernah melihat Allah sebagai Allah yang patut disembah dan disyukuri anugerah-Nya. Bukan hanya itu saja, kita baru bisa bersyukur tatkala Tuhan mengabulkan permintaan kita, sedangkan ketika Ia tidak mengabulkan apa yang kita inginkan, kita menjadi marah-marah dan bersungut-sungut. Ini sangat bahaya, karena kita mengaitkan ucapan syukur kita dengan kepuasan diri kita bukan kepuasan diri Allah. Ucapan syukur Kristen sejati harus dialamatkan hanya untuk kepuasan dan kemuliaan Allah saja dengan melihat Allah sebagai Allah. Kita kembali kepada ayat 8, di mana Paulus sangat bersyukur ketika mendengar siaran kabar tentang iman jemaat di Roma atau seluruh dunia mendengar bahwa jemaat-jemaat di Roma percaya kepada Kristus. Pertanyaan yang muncul sampai sejauh manakah iman jemaat-jemaat di Roma sehingga Paulus bersukacita karenanya ? Kalau kita memperhatikan konteks, maka kita dapat menemukan dua kondisi yang ada pada jemaat di Roma.
Pertama, jemaat-jemaat di Roma berada di dalam kondisi yang makmur dan kaya (Pax Romana). Di Roma, semua kebutuhan tercukupi dan bahkan berlimpah ruah, semua orang di kota ini adalah orang yang rakus dan serakah. Tetapi di tengah kondisi orang-orang di Roma yang begitu jahat, jemaat-jemaat Tuhan di Roma masih dapat mempertahankan kelakuan yang bersih dengan tetap beriman kepada Kristus dan bahkan iman mereka tersiar sampai ke seluruh dunia. Dengan kata lain, cara hidup mereka berbeda dengan cara hidup kebanyakan orang di Roma yang rakus, mabuk-mabukan, pesta pora, dll. Kita berada di suatu negara yang boleh dibilang subur, Indonesia adalah negara yang diberkati Tuhan, meskipun ditambah dengan subur korupsi, kolusi dan nepotisme, tetapi notabene kita hidup di negara yang cukup maju ketimbang negara-negara seperti India atau bahkan Etiopia. Kondisi negara kita yang subur ditambah cuaca yang cukup enak yaitu cuaca tropis yang tidak sampai kepanasan atau kedinginan, orang-orang di dalamnya merasa keenakan dan akhirnya lupa diri serta menjadi malas. Mereka bersantai-santai dan tidak mempergunakan waktu dengan baik dan bijaksana. Apakah kita sebagai orang Kristen juga tidak berbeda dengan mereka yang menghambur-hamburkan waktu mereka sia-sia ? Ataukah kita bahkan lebih buruk dari mereka dengan lebih menghamburkan waktu untuk hal-hal yang sia-sia ? Seringkali kenyamanan kondisi sekeliling kita bisa membuat kita lupa daratan, tetapi melalui ayat ini kita diingatkan untuk berfokus kepada Kristus dengan beriman kepada-Nya, sehingga kita tidak terseret dan terjebak oleh situasi dan kondisi negara kita yang cukup nyaman. Kita tidak boleh lagi mengingat hal-hal yang menyenangkan dan memuaskan diri kita, tetapi kita seharusnya kembali mengerjakan hal-hal yang berguna bagi kemuliaan-Nya. Mengapa ? Karena Allah telah menetapkan kita untuk, “melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.” (Efesus 2:10) Kita bisa melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Allah karena kita ini adalah buatan Allah melalui Kristus Yesus dan telah diselamatkan di dalam Kristus. Manusia adalah makhluk ciptaan-Nya yang diciptakan segambar dan serupa dengan-Nya, gambar dan rupa ini adalah gambar dan rupa anak-Nya yang Tunggal (Roma 8:29), sehingga jikalau Allah masih bekerja, maka kita sebagai ciptaan-Nya khususnya anak-anak pilihan-Nya pun harus bekerja. Untuk meresponi pergunjingan tentang hari Sabat, Tuhan Yesus berkata, “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” (Yohanes 5:17) Ini berarti selain Kristus dan Bapa sama-sama adalah Allah, ayat ini juga berarti Kristus pun bekerja seperti Bapa-Nya bekerja. Pekerjaan yang Kristus kerjakan adalah mengerjakan apa yang Bapa kehendaki untuk dikerjakan-Nya. Kalau Allah Bapa bekerja, maka Kristus pun bekerja, dan otomatis melalui teladan Kakak Sulung kita, kita sebagai anak-anak adopsi-Nya pun harus bekerja.
Kedua, kondisi di Roma adalah jemaat-jemaat di Roma mengalami penganiayaan karena mereka menyebut diri mereka Kristen. Orang-orang dunia jika dianiaya, mereka bakalan lari dan menyerahkan apapun juga yang ada pada mereka, yang penting bagi mereka adalah keselamatan dirinya dari amukan massa yang menganiaya. Tetapi jemaat-jemaat di Roma tidak demikian, mereka tetap beriman kepada Kristus dan tidak sedikitpun mereka menyangkal iman mereka, sehingga tidak heran Paulus menghibur mereka bahwa barangsiapa yang menyeru nama Tuhan akan diselamatkan (Roma 10:13). Di tengah ancaman marabahaya dan penganiayaan, kita seringkali hanyut di dalamnya. Bahkan tidak usah terlalu jauh, ketika kita mau menyaksikan iman Kristen kita di dalam lingkungan di mana kita tinggal entah di dalam perkuliahan, tempat kerja, dll, kita seringkali dihina, diejek, difitnah, disalahmengerti, tetapi bagaimana reaksi kita ? Apakah kita tidak lagi mau menyaksikan iman Kristen ? Itu menjadi hal yang perlu kita introspeksi. Di dalam penderitaan dan penganiayaan berat sekalipun, kalau jemaat-jemaat di Roma tetap memfokuskan imannya kepada Kristus dan bukan pada penganiayaan, maka kita juga perlu belajar dari mereka yaitu belajar memfokuskan iman kita kepada Kristus dan bukan pada sesuatu yang menghimpit kita, sehingga kita mampu menerobos keluar dan menang menghadapi setiap penganiayaan. Untuk itulah, di dalam Roma 8:35, Paulus menghibur jemaat di Roma bahwa tidak ada satupun yang mampu memisahkan kita dari kasih Kristus, baik itu penindasan, kesesakan, penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya, pedang, itu tidak dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Bahkan di dalam Roma 8:37, Paulus mengatakan bahwa kita lebih daripada orang-orang yang menang meskipun di dalam Roma 8:36, Paulus mengatakan bahwa kita harus melewati berbagai macam penganiayaan dan penderitaan. Terjemahan ayat 37 di dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari memberikan penjelasan, “Malah di dalam semuanya itu kita mendapat kemenangan yang sempurna oleh Dia yang mengasihi kita!” Terjemahan ini lebih memberikan pengertian kepada kita bahwa justru di dalam penganiayaan sekalipun, kita mendapat kemenangan yang sempurna oleh karena ada yang mengasihi kita yaitu Kristus yang sudah mengalahkan pencobaan demi kita. Sungguh unik pernyataan Paulus ini. Paulus menyingkapkan suatu fakta yang berbeda dari dunia yaitu di dalam penderitaan, kita justru semakin bersukacita, bahkan kita mampu mendapatkan kemenangan yang sempurna melalui Kristus yang telah mati dan bangkit bagi kita. Kasih-Nya memampukan kita bisa menang melawan segala macam penderitaan, karena Ia sendiri pun dicobai dan telah menang mengalahkan pencobaan itu. Demikianlah penulis Ibrani mengungkapkan pengajarannya, “Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.” (Ibrani 2:18). Kalau Kristus sudah menolong kita keluar dari pencobaan, maukah kita juga berusaha dengan bantuan-Nya tidak lagi terjerumus ke dalam pencobaan dan mau mengalahkan pencobaan serta keluar menjadi para pemenang iman ? Kita memang harus menderita aniaya karena nama Kristus (Matius 16:24), tetapi penganiayaan itu tidak seharusnya membuat kita menjadi lesu dan tidak berdaya lalu lemah terhadapnya, melainkan justru membuat kita berani dan tabah menghadapinya karena Kristus di pihak kita, siapa yang dapat melawan kita (Roma 8:31).
Maukah kita hari ini memandang Kristus sebagai satu-satunya sumber pengharapan yang sejati di tengah-tengah penderitaan yang mengancam dan godaan materialisme dan hedonisme dunia yang meracuni kehidupan kita ? Amin.
“Without knowledge of self there is no knowledge of God”
(Dr. John Calvin, Institutes of the Christian Religion, Book I, Chapter I, Part 1, p. 35)
- Denny Teguh S-GRII Andhika's blog
- 6887 reads