Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
DI PINGGIR PANTAI
Semua seolah menjadi anak-anak dalam sekejap, tak terkecuali gembala kami. Dengan cueknya mereka, cowok-cowok menyeretku dengan sekuat tenaga dan melemparkanku ke laut. Gila.... dan mereka terkekeh gembira. Satu persatu orang yang masih ‘kering’ diceburkan ke laut dengan cara yang sama dan ditimpuki pasir. Semua orang lemparan-lemparan pasir, tidak memandang status, usia, gender, jabatan dalam jemaat, hebohhh...
Laut dangkal memang, tidak bersih, pasirnya juga tidak putih, dan tidak ada yang terlalu menarik dan bagus untuk dilihat di pinggirannya. Tapi aku nikmati semuanya sepuasnya. Basah kuyup, kotor dan bau, tapi aku menyukainya. Aku hanya mengatakan pada semua orang “...gagal nih whiteningku kalau begini... jadinya malah browing...”
Akhirnya aku dan Susi, orang yang aku menangkan 1 tahun yang lalu duduk di pasir, membiarkan gelombang laut menciumi kaki kami. Aku tidak peduli kalau kulitku akan semakin menghitam setelah ini, bukannya yang ada ‘hitam manis’ dan bukan putih manis? He hehe he... Aku banyak bicara padanya sementara partnerku yang lain menerangkan arti baptisan air kepada dua anak baru kami yang akan dibaptis
hari itu juga.
“Dulu, 16-18 tahun yang lalu setiap hari aku duduk di pinggir pantai seperti ini” kataku mengawali pembicaraan
“Ngapain mbak?” tanya Susi
“Belakang SMA ku persis ada di bibir pantai seperti ini.Aku
puaskan diriku setiap hari memandang air yang seolah tak bertepi seperti ini. Tuhan begitu luar biasa ya...” jelasku panjang lebar
“Ya... sangat luar biasa...”
“Daud pasti sangat menyukai laut ya... dia pasti juga sangat terkagum, bahkan lebih dari kagum seperti kita. Lihat Sus... Tuhan berjanji pada Abraham, keturunanannya akan seperti pasir di tepi laut ini, dan seperti bintang-bintang. Seperti pasir ini Sus... hebat... ya... Kitapun akan mempunyai keturunan sebanyak pasir dilaut” kataku sambil menggenggam pasir itu
“Iya” sahutnya pendek
“Tuhan kita sangat hebat, sangat luar biasa. Jangan pernah meninggalkan panggilanNya Sus.. karena hargaNya tak akan terbayarkan dengan apapun juga”
Kami terdiam beberapa saat. Ingatanku melayang kepada peristiwa yang terjadi 15 tahun yang silam.
***
Hari pertama aku kembali ke sekolah setelah satu bulan libur. Tak ada yang kupikirkan. Hari ini pasti biasa-biasa seperti dulu, itu pikirku. Aku akan bicara lagi dengan Ratna, teman sebangku, mungkin tepatnya adalah teman
satu-satunya yang kumiliki, senyumnya selalu menenangkan hatiku.
Tetapi…
“Maaf I, aku nggak bisa sebangku lagi denganmu… aku takut…” bisiknya padaku dengan mimik wajah yang tak kumengerti. Aku cuma diam, satu-satunya teman yang kumiliki akhirnya pergi.
***
Jam kosong, aku langkahkan kaki keluar kelas, aku mau melihat ke laut lepas yang tepat berada dibelakang sekolah, satu-satunya tempat yang membuatku tenang.
Halaman belakang sekolahku yakni SMUN 2 Kota Rembang di tahun 1993 adalah tempat yang sangat bagus bagiku, karena tepat berada di pinggir utara Pulau Jawa, aku bisa memandang pulau kecil di tengah laut, dan merasakan angin yang bertiup lembut, sepi, tenang dan berpasir putih. Mungkin ini adalah satu-satunya sekolah dengan pemandangan terindah yang pernah
kunikmati.
Tak ada satupun teman yang menemaniku di sini karena tak ada yang berani mendekati orang aneh sepertiku, bahkan tak ada yang mau menjadi temanku.
“Hai I … lagi ngapain?” satu suara muncul di belakangku
Ternyata Andi Yulistian, salah satu teman sekelasku. Kulit
coklat, rambut keriting, dan senyumnya yang menurutku aneh, selalu membuatku merasa aneh juga. Teman-teman selalu menyebutnya Beo, entah apa sebabnya. Aku menyukai wajahnya yang unik itu, perpaduan antara Timor dan Jawa.
Aku hanya menarik sedikit ujung bibirku
“Enak ya disini… sepi dan tenang…” katanya lagi
“Hemmm…” jawabku pelan
“Ehm I,… sebenarnya kamu manis lho…” katanya lagi
“Hemmm…” jawabku lagi, aku tak tahu arti perkataannya itu
“Aku sebenarnya menyukaimu, tapi… kalo pas nggak ngamukkk…”
“Lalu…,” sahutku dingin
“Makan yok…” ajaknya lagi
“Hemm…” sahutku, tak mengiyakan tapi juga tak menolak
“Ayolah…”
Akhirnya, setelah aku pandangi wajahnya untuk memastikan ajakannya, aku mulai beranjak dari tempat aku duduk
“Hooooooreeeeee…, Andi berhasil mendekati mahkluk aneh…” tiba-tiba terdengar teriakan di belakang kami. Ternyata ada banyak anak sekelas kami dengan muka yang aneh sedang menonton dan meneriaki kami. Tanpa kata-kata Andi pergi meninggalkanku. Aku hanya diam, tanpa pedulikan apapun, mataku hanya terpaku kembali pada laut lepas.
***
“Heh… mana uang taruhannya, aku berhasil dekati mahluk aneh
‘kan kemarin??” terdengar satu suara yang kukenal di belakang tembok kantin
“Hebat…” terdengar teriakan
“Siapa dulu… gue gitu lho. Seaneh apa mahluknya tetap bisa
gue taklukan. Ha… ha… ha… !!!”
Aku langkahkan kaki ke arah suara itu, aku tahu yang mereka
omongkan adalah aku. Aku marah!!! Aku pandangi wajah mereka satu persatu, dan terhenti pada wajah Andi. Aku mendekatinya dan siap untuk menghajarnya, ketika tangan-tangan yang kuat menarik dan menyeretku menjauh. Aku gagal menghajarnya,
dan sejak itu aku semakin menjauh dari siapapun, dan berjanji untuk tak mempercayai siapapun.
Namun bertahun-tahun kemudian, apalagi setelah kehidupanku
diubahkan total olehNya, justru terkadang aku masih teringat wajahnya. Sangat jelas, waktu dia mengejekku, waktu kutendang, waktu dengan kejam aku masukkan bukunya ke dalam lubang WC sekolah. Aku pernah berdoa meminta untuk dipertemukan Tuhan dengannya. Tetapi jikalau itu tidak mungkin terjadi, aku juga pernah meminta dan berharap semoga sama seperti aku yang diubahkan radikal seperti ini, demikian juga dia. Sampai saat ini, aku belum pernah menemukan jalan dan caranya untuk bisa menemukan dia, dan memberitahunya bahwa aku telah mengampuninya dan dia bisa juga menerima pengampunan yang sama.
***
“Hei.., kalian... dipanggil tuh... Mau jadi ada baptisan” teriakan seseorang di belakangku menyadarkanku dari kenangan yang sesaat melintas di benakku.
“Tuhan luar biasa mengubahkan kita ya mbak... dan aku percaya akan ada banyak lagi yang diubahkan olehNya” kata Susi
“Tentu.. lihatlah mereka berdua. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan Yesus kan? Satunya dari orang yang sama sekali tidak mengenal Tuhan, sedangkan yang satunya sudah merasa muak dengan kekristenan yang datar dan biasa-biasa saja. Nyatanya mereka mau datang kepada Tuhan untuk diubahkan dan bersungguh-sungguh ikut Tuhan” jawabku
***
Melihat mereka dibaptis air dilaut, menerima karunia Roh Kudus, dan berkomitmen sungguh-sungguh pada Tuhan, membuatku terharu dan hampir-hampir menangis... cie... Satu persatu orang terlahir dan dipercayakan Tuhan melalui aku. Meski begitu banyak hal yang masih belum terjawab dalam hidupku. Tuhan sangat luar biasa sehingga IA mempercayakan mereka padaku
Waaaaaaaaaaw.... aku percaya akan ada hal-hal besar yang lebih dari yang kupikirkan dan kubayangkan terjadi di depan. Dan kamipun meloncat dan sama-sama berteriak... HALELLUYAAAAAAAA..........
- iik j's blog
- 4071 reads