Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Dan,... dia mati!
Dia mati...
Dia mati...
Dia mati...
Dia mati...
Bisikan itu menggema di telingaku, ketika adzan subuh menggema, dan masjid dekat rumah mengumumkan nama orang yang meninggal hari itu.
Lambaian tangannya saat aku lewat depan rumahnya tiap pagi masih membekas di mataku
Senyumnya masih terasa lekat di benakku
Dan dia mati hari ini...
Kamu bersalah!
Kamu bersalah!
Kamu bersalah!
Kamu tidak mengunjunginya, tidak berdoa untuknya, tidak memberitakan tentang Yesus padanya di saat sekaratnya.
Bisikan suara berikutnya menggema di telingaku, mengganggu sisa dini hariku
Tidak!
Tidak!
Tidak!
Bukan salahku! Dia mati, karena sudah waktunya, dan sudah saatnya Tuhan memanggil! Bukan aku, bukan dia, bukan seseorang yang lain yang bersalah...
Bukannya Injil tidak pernah gagal?
Bukannya Injil tidak pernah membiarkan orang mati begitu saja?
Bukannya Injil memberi kesempatan untuk orang masuk surga?
Bukannya Injil memberi waktu untuk seorang kembali kepada DIA?
Aku menatap peti matinya, melihatnya terbaring kaku, mengucapkan selamat tinggal.
Tak tersisa di hatiku penyesalan. Tidak ada duka cita mendalam. Tidak ada ....
Mungkin karena dia memang bukan siapa-siapa bagiku meskipun aku mengenalnya.
Injil pasti pernah didengarnya
Injil pasti pernah bercerita padanya
Injil pasti pernah berbisik lembut padanya
Dan...
Aku berlalu, membalikkan badan begitu saja...
Entahlah,...
Ceritanya mungkin tak akan pernah sama, ...
#1.
eda
- eda's blog
- Login to post comments
- 10659 reads