Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Bait Suci
Ketika murid-murid-Nya datang dan menunjukkan kemegahan Bait Allah, Yesus menjawab mereka:
Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan. (Matius 24:2)
Bait Allah, sebuah sejarah panjang yang dimulai ketika Allah memerintahkan Musa membangun Kemah Suci, kemudian Daud menjadi raja dan berkeinginan membangun sebuah rumah Tuhan, tetapi Ia menolak karena tangan sang raja berlumuran darah. Ia berkata, "Salomo, anakmu yang akan membangun rumah bagi-Ku." Tetapi kekerasan hati bangsa itu membuat-Nya membuang dan menyerahkan mereka kedalam tangan bangsa asing. Ia membiarkan Nebukanedzar, raja Babel, menghancurkan Bait-Nya. Walaupun demikian, Ia tetap mengingat dan membawa umat-Nya kembali ke Israel untuk membangun Bait itu kembali.
Ada empat ratus tahun Ia diam, pada masa itu, seorang raja yang begitu benci bangsa Yahudi menyembelih babi di atas mezbah Bait Allah. Pada masa diam itu juga, seorang raja bernama Herodes memugarnya kembali hanya untuk dihancurkan oleh tentara Romawi enam tahun setelah bangunan megah itu benar-benar rampung. Menggenapi apa yang dikatakan oleh-Nya, "Tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain."
***
Cerita ini dimulai ketika Allah berfirmanlah kepada Musa:
Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka memungut bagi-Ku persembahan khusus; dari setiap orang yang terdorong hatinya, haruslah kamu pungut persembahan khusus kepada-Ku itu. (Kel 25:2)
Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka. Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu sebagai contoh Kemah Suci dan sebagai contoh segala perabotannya, demikianlah harus kamu membuatnya. (Kel 25:8-9)
Setelah Kemah Suci selesai, Tuhan berfirman lagi kepada Musa supaya ia memasangnya, menempatkan Tabut Hukum yang berisi dua loh batu dan segala peralatan lain yang Ia perintahkan untuk dibuat. Setelah semuanya selesai, awan yang selama ini menyertai perjalanan bangsa Israel menutupi Kemah Suci dan kemuliaan Allah memenuhinya. Awan itu menjadi sebuah tanda, apabila naik dari atas Kemah Suci, orang Israel berangkat, tetapi jika, mereka tetap tinggal. Awan itu hanya ada pada siang hari, kalau malam bangsa Israel melihat nyala api tepat di depan mereka. Kemah Suci ini begitu kudus sehingga Allah hanya mengijinkan orang Lewi membongkar dan memasangnya, sedangkan setiap orang awam yang mendekat akan dihukum mati.
Bangsa itu memasuki tanah Kanaan. Generasi demi generasi berlalu, lalu Daud menjadi raja. Setelah Tuhan mengaruniakan keamanan kepadanya, suatu hari berkatalah ia kepada Natan: "Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut Allah diam di bawah tenda." (2 Sam. 7:2)
Tetapi malam itu juga, Allah berfirman kepada Nabi Natan:
Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman TUHAN: Masakan engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku untuk Kudiami? Aku tidak pernah diam dalam rumah sejak Aku menuntun orang Israel dari Mesir sampai hari ini, tetapi Aku selalu mengembara dalam kemah sebagai kediaman. Selama Aku mengembara bersama-sama seluruh orang Israel, pernahkah Aku mengucapkan firman kepada salah seorang hakim orang Israel, yang Kuperintahkan menggembalakan umat-Ku Israel, demikian: Mengapa kamu tidak mendirikan bagi-Ku rumah dari kayu aras? (2 Sam. 5-7)
Salomo, anak Daudlah yang mendirikan rumah Tuhan itu di Yerusalem, di gunung Moria, di mana Tuhan telah menampakkan diri kepada Daud. Ia mendirikan rumah itu pada bulan kedua di tahun keempat pemerintahannya.
Ketika mentahbiskan rumah itu, Ia mengucapkan doa yang begitu terkenal indah. Dalam doa itu, Salomo mengakui Allah lebih besar dari Bait Allah, dan tidak dibatasi oleh tempat itu, melainkan hadirat-Nya bisa ditemui di sana. Ia mendengar dan menjawab umat-Nya ketika mereka memanjatkan doa di Bait-Nya. Begitu doa Salomo selesai, apipun turun dari langit memakan habis korban bakaran dan korban sembelihan, kemuliaan Tuhan lalu memenuhi Bait Allah.
Bangsa itu berpaling dari Tuhan. Setelah memperingati mereka berkali-kali dan mereka sama sekali tidak mau mendengar, Ia membiarkan seorang Raja, Nebukadnezar, membakar rumah-Nya. Juga rumah raja serta semua rumah di Yerusalem. Ia lalu membiarkan bangsa yang keras kepala itu dibuang ke Babel.
***
Bait Suci atau Bait Allah memiliki arti penting karena menjadi simbol kehadiran Allah. Salomo membangunnya berdasarkan rancangan yang diberikan Daud, ayahnya. Sebuah rancangan yang diambil dari rancangan Kemah Suci, sebuah simbol kehadiran Allah yang ditunjukkan kepada Musa di gunung Sinai. Bait ini menjadi tempat dimana Allah berjanji menetapkan Nama-Nya.
Bait yang seringkali disebut Bait Salomo ini panjangnya enam puluh hasta dan lebarnya dua puluh hasta, tepat dua kali ukuran Kemah Suci. Dalam sistem metrik, panjangnya kira-kira 27 meter dan lebar 9 meter. Terdiri dari sebuah ruang berukuran 9 x 9 meter yang merupakan tempat kehadiran Allah, disebut ruang Mahakudus; Serta sebuah ruang berukuran 9 x 18 m yang disebut ruang Kudus. Lantai dan dindingnya terbuat dari batu yang ditutupi dengan papan kayu aras dan dilapisi emas. Di sisi kiri, kanan, dan belakang, ada kamar tambahan. Di bagian depan, ada balai yang panjangnya 9 m x 4,5 m yang dihiasi dua buah pilar besar.
Bait inilah yang dihancurkan oleh Nebukadnezar ketika Allah berpaling dari umat-Nya pada tahun 586 SM. Orang Yahudi membangunnya kembali kira-kira tujuh puluh tahun kemudian.
Bait yang dibangun oleh Salomo ini disebut Bait Pertama.
***
Pada tahun pertama Koresy menjadi raja negeri Persia, Tuhan menggerakkan hatinya untuk menggenapi firman yang diucapkan oleh Yeremia (Yer 25:11): "Maka seluruh negeri ini akan menjadi reruntuhan dan ketandusan, dan bangsa-bangsa ini akan menjadi hamba kepada raja Babel tujuh puluh tahun lamanya." Sebagai pengenapan firman itu, Koresy mengatakan Allah menugaskannya mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem. Siapa yang merasa termasuk umat Tuhan, boleh pulang ke Yerusalem.
Bangsa itupun kembali ke Yerusalem. Ketika mereka melihat kondisi Bait Allah yang dibakar olah tentara Nebukanedzar lebih dari satu generasi sebelumnya, beberapa kepala kaum keluarga memberi pemberian sukarela dan mulai merencanakan pembangunan kembali Bait Allah. Setelah mendapat kayu aras dari Libanon, dasar untuk Bait Allah itupun diletakkan. Umat menaikkan syukur kepada Tuhan, tetapi beberapa orang tua menangis nyaring, karena mereka sempat melihat sendiri Bait Allah yang lama.
Menurut para ahli, orang Israel membangun bait kedua ini tepat di tempat Bait Allah pernah berdiri, mengingat sisa-sisa reruntuhannya masih bisa ditemukan.
Akhirnya bangsa itu kembali memiliki simbol kehadiran Allah mereka. Tetapi sebuah insiden terjadi pada saat Antiokhus Epifanes berkuasa. Pada tahun 168 SM ia pergi ke Mesir untuk memadamkan pemberontakan di sana. Ada desas-desus ia terbunuh, orang Yahudi yang pernah menjadi korban keserakahannya bersukacita dan merayakan kematian itu. Raja yang terkenal sebagai Antiokhus IV ini mendengar kabar perayaan kematiannya lalu berangkat ke Yerusalem dan membantai kota itu. Menyebar kematian empat puluh ribu orang Yahudi, lalu menunjukkan kebenciannya dengan masuk ke ruang Mahakudus, mempersembahkan seekor babi betina di atas mezbah, memercikkan darahnya ke seluruh dinding, serta mengubah Bait Allah menjadi kuil Zeus.
Bait yang dibangun setelah masa pembuangan ini disebut Bait Kedua.
***
Herodes Agung yang gemar membangun gedung-gedung besar membuat rencana pemugaran Bait Allah di Yerusalem. Tujuannya sekaligus mengambil hati bangsa Yahudi. Lalu untuk tambah menyenangkan hati bangsa itu, ia menggunakan seribu imam yang telah terlatih memahat batu dan menukang kayu, sehingga tidak ada tangan kotor yang menyentuh Bait Allah. Bagian pertama pembangunan itu dimulai tahun 20 SM dan selesai dalam delapan belas bulan kemudian, tetapi masih ada beberapa penambahan sampai masa pelayanan Yesus. Itulah sebabnya orang Yahudi berkata kepada-Nya, "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" (Yoh 2:20). Bait ini menempati tempat yang sama dengan Bait kedua, Herodes hanya menaikannya seratus hasta lebih tinggi.
Di bait inilah Yesus mengusir orang-orang yang merubah rumah doa menjadi sarung penyamun:
Ketika hari raya paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Allah didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Allah dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. (Yoh 2:13-15)
Lebih dari tiga puluh tahun setelah kematian-Nya, pada bulan Mei 66, prokurator Florus (Prokurator: Pejabat tinggi di provinsi Romawi yang mengurus urusan keuangan dan pajak) menuntut 17 talenta dari perbendaharaan Bait Allah. Bangsa Yahudi tidak bisa menerimanya sehingga terjadi pemberontakan. Mereka membantai pasukan Romawi lalu menguasai Yerusalem. Pemimpin Bait Allah menghentikan persembahan harian yang selama ini diadakan demi kesejahteraan kaisar. Penghentian persembahan merupakan pernyataan terbuka adanya sebuah pemberontakan.
Merasa yakin pihak Romawi akan balas menyerang, para pemberontak memperkuat kota. Memperbaiki tembok yang rusak dan membentuk pertahanan. Kaisar Nero menunjuk Vesvasianus sebagai komandan tempur untuk memadamkan pemberontakan. Tahun 68 Vesvasianus sudah hampir menundukkan Yerusalem, tetapi karena diangkat menjadi Kaisar, ia membiarkan anaknya, Titus untuk melancarkan pukulan terakhir.
Dalam pukulan terakhir itu, orang Yahudi benar-benar mengalami kekalahan, Bait Allah menjadi pertahanan terakhir. Titus meminta mereka yang bertahan di Bait Allah menyerah supaya bangunan yang begitu terkenal di seluruh pelosok kekaisaran itu tidak hancur. Orang Yahudi berkata tidak, tentara Romawi pun menyerang, melepaskan ribuan panah dan menghantam tembok Bait Allah dengan alat penghancur. Alat-alat itu tidak bisa menembus tembok batu yang dipasang oleh Herodes, sehingga untuk membuat jalan masuk, Titus memerintahkan pasukannya membakar pintu gerbang yang terbuat dari kayu.
Begitu api membentuk sebuah lubang, Titus memerintahkan tentaranya memadamkan api. Perintahnya waktu itu berbunyi "Jangan apa-apakan ruang Mahakudus." Tetapi api menyebar dengan cepat sampai mencapai bagian pelataran luar. Titus tidak bisa melakukan apa-apa, tentara yang begitu membenci orang Yahudi tidak mendengar perintahnya, malah membantai orang Yahudi dan membiarkan rumah Tuhan itu terbakar.
Keinginan melakukan penjarahan serta desas-desus bahwa seluruh bangunan penuh emas membuat para tentara tidak membiarkan satu batu pun terletak di atas batu yang lain. Itu terjadi pada tahun 70, hanya enam tahun setelah Bait Allah benar-benar selesai.
Bait yang dibangun oleh Herodes ini tidak pernah disebut Bait Ketiga.
***
Paling tidak, sudah ada empat usaha untuk membangun kembali Bait Allah yang akan disebut Bait Allah Ketiga. Usaha yang paling terkenal adalah apa yang direncanakan Kaisar Yulianus. Seorang kaisar yang terkenal dengan sebutan "Kaisar Yulianus yang Murtad". Sebuah gelar yang diterima karena keinginannya mengembalikan Romawi sebagai kekaisaran banyak dewa.
Tujuan utama rencana besarnya ini sebenarnya untuk membuktikan Yesus sebagai nabi palsu serta untuk menghancurkan kepercayaan Kristen yang berkata Bait Allah hanya dibangun pada masa kedatangan Mesias. Jadi, segalanya siap, orang Yahudi juga siap memulai pembangunan, tetapi Bait Allah ini tidak pernah selesai. Sebuah gempa bumi hebat terjadi. Kaisar Yulianus juga tidak bisa melanjutkannya, karena ia terbunuh setelah berkuasa kurang dari duapuluh bulan. Sumber lain berkata, bukan gempa yang menyebabkan kegagalan, tetapi penolakkan orang Yahudi sendiri, mereka tidak mau menerima bantuan dari bangsa kafir.
Apapun alasannya, sampai sekarangpun tetap ada usaha membangun Bait Allah itu kembali, tetapi sepertinya mengalami beberapa kendala yang cukup berat. Bukit tempat berdirinya Bait Allah dikuasai oleh pihak muslim sejak abad ke tujuh sampai sekarang. Sebuah Mesjid yang menjadi tempat suci ketiga orang Muslim juga sudah berdiri megah di sana.
Lalu ada sebuah kontroversi. Letak Bait Allah yang asli tidak terletak di tempat itu tetapi di tempat lain. Salah satu alasannya: Pada saat membangun kembali Bait Allah, para tua-tua yang dulu sempat melihat sendiri Bait Allah Pertama lupa letaknya karena mereka terlalu lama di pembuangan.
***
Sumber:
- Free, Joseph F. "Arkeologi dan Sejarah Alkitab", Malang: Yayasan Gandum Mas, 2001.
- Howard, David M. Jr., "Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama", Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2002
- Keller, Werner. "The Bible as History", New York: Bantam Books, 1982
- Packer, J.I., Dkk. "Dunia Perjanjian Baru", Malang: Penerbit Gandum Mas, 1993
- anakpatirsa's blog
- 9646 reads