Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Apa yang Hilang?
Mengejar keinginan daging dan hasrat untuk memuaskannya berujung pada kerusakan di sekitarmu yang menghabiskan semangat dan makna keberadaan. Di titik ini kau melihat bahwa ide dan buah pikiran harus dibayar mahal.
Saat pikiran didewakan tertindaslah khayalan, syair dan segala lambang rasa hingga keindahan ungkapan hati. Masa lalu menatapnya sebagai dunia yang dipenuhi mukjizat rahasia. Otot-otot kedagingan mengangkat dan menghempas tatapan ini agar kehilangan makna, dan mengubahnya menjadi sekedar pemuas dan bukannya kesejatian yang halus yang mampu mempesona setiap kita. Lalu, datanglah penderitaan dan banyaknya goresan keji di tubuh adalah tanda bahwa kita hanyalah budak kesenangan.
Dengan kearifan pujangga, kekinianmu berdiri gagah menantang segala pikiran. Emosi menjadi pedang di tangan. Yang dicintai menuntut gubahan kata-kata; sekedar mengetahui saja hanyalah sebuah permulaan, seperti tali busur. Kau melacak jejak dari masa lalu, kau hiasi dengan cintamu dan menjadikannya milik dia yang terpilih dalam keadaan yang baru. Mahakarya telah tercipta; rumit, karena kau tidak dapat selamanya di kelampauan. Jantung terus berdetak, dan mata melihat perbedaan di setiap sudutnya.
Melihat dunia dalam Sedetik Waktu, dan keindahan dalam belantara keragaman, raihlah tangan yang terulur. Di telapak tanganmu ada keabadian dalam satu masa. Tuliskan lirikmu. Bergairahlah dengan iramanya. Pahami! Berikan tempat bagi puisimu di hati. Dan, temukanlah apa yang hilang!
I love my autistic son, Kefas!
- alfian's blog
- Login to post comments
- 4230 reads