Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Aku yang Berjalan Sendiri, Tak Ingin Takut Lagi
Dalam
alur kehidupan, kita tidak akan pernah tahu dengan persis, what will be
happen to us (apa yang akan terjadi dengan diri kita), sampai pada
akhirnya kita menjalaninya sendiri alur kehidupan itu....
Mungkin
kata-kata diatas cocok sekali dengan keadaan yang sedang dihadapi oleh
sejumlah orang pada saat ini, terutama dalam diri pribadi lepas
pribadi, yang harus mengambil sebuah keputusan penting di dalam
hidupnya.
One of my friend say : "hidup ini adalah pilihan, saat
kamu iri melihat seseorang mampu melakukan sesuatu, sebenarnya kamu
juga bisa, it's just a matter of choice..."
Do you dare to leave your comfort zone and make a change? Sebuah pernyataan, yang kalau kita pikir-pikir, memang benar adanya...
Banyak
orang yang terlalu takut untuk melangkah, takut memposisikan diri dalam
sebuah keadaan, takut menerima keadaan yang tidak mereka inginkan,
takut pada imajinasinya sendiri, dan banyak pula yang takut melepaskan
keadaan yang selama ini telah membuat diri mereka sudah dalam posisi
nyaman...
Mungkin bisa pula dikatakan disini, hampir semua orang
memiliki rasa takut apabila kehidupannya berubah drastis ke arah yang
tidak menyenangkan… Hampir semua orang takut melepaskan atau dilepaskan
dari apa yang sudah dimiliki, walaupun apa yang dimiliki pada saat ini,
dirasakan belum bisa memuaskan atau membahagiakan hati serta diri
mereka...
Semua orang memiliki rasa takut, terutama takut hati mereka tersakiti atau disakiti...
Sesungguhnya,
itu adalah hal yang wajar. Setiap langkah dalam kehidupan ini, pada
dasarnya ada satu atau beberapa keadaan yang tidak menyenangkan hati
dan diri kita. Bila itu terjadi, maka secara langsung perasaan dan hati
kita akan merasa tertekan, ditekan, terganggu atau kita merasa
ditinggalkan...
Itu manusiawi. Meskipun kecil, rasa takut itu
pasti ada pada diri setiap orang. Akan tetapi sebaiknya perasaan takut
itu tidak bergerak ke arah yang berlebihan.
Sikap berlebihan
itu muncul, akibat dari egoisme diri seseorang (karena mengekspose rasa
takut itu secara tidak wajar) yang menjadikan rasa takut tersebut
sebagai senjata agar orang lain tidak menekan dirinya, tidak mengambil
bagian dari apa yang telah dimilikinya, serta tidak mengganggu
eksistensi maupun kredibilitas dirinya.
Suatu hal yang
tragis... Itu bisa terjadi karena memang tidak semua orang siap untuk
menghadapi atau menerima tantangan hidup atau kenyataan yang tidak
sesuai dengan harapan maupun keinginan hatinya. Hampir semua orang di
bumi ini, tidak siap untuk menerima kritikkan, mendapatkan penilaian
bernada negatif atas diri mereka, serta tidak ingin keberadaannya
diusik atau terusik oleh orang lain.
Padahal, ketika seseorang
menerima sesuatu (khususnya dalam hal pekerjaan), maka semenjak saat
itu pula lah, orang tersebut memiliki ikatan untuk bertanggung-jawab
atas apa yang diterimanya atau dimilikinya.
Siap atau tidak
siap, pada suatu waktu nanti, itu bisa diambil/diminta kembali dari
diri mereka. Sedangkan apabila itu terkait dengan pribadi seseorang,
maka orang tersebut harus bisa merubah keadaan serta paradigma atau
pola pikir mereka, agar rasa takut tersebut, tidak serta-merta membuat
kualitas serta eksistensi diri mereka, terganggu.
Seseorang
yang berpikiran maju, harus bisa mengendalikan diri serta pikirannya.
Ia juga harus tahu dan bisa memposisikan dirinya, di saat dirinya
menghadapi tekanan atau dilema dalam hidup ini.
Kenapa harus takut? Kenapa menjadi memiliki perasaan tertekan? Kenapa kita harus tenggelam dalam fantasi seperti itu?
Kita
sama-sama tahu dan mengerti, bahwa ada besar kemungkinan, di dalam
proses kehidupan ini, hal seperti itu bisa saja terjadi. Ketika kita
menerima atau mengambil segenap tanggung-jawab tersebut, kenapa
kemudian kita menjadi tidak mau atau tidak siap apabila hal tersebut
diambil (atau minimal diusik) dari diri kita…???
Kita seharusnya
dapat menjadi arsitek bagi kehidupan kita sendiri. Kita seharusnya
sebisa mungkin mempersiapkan diri kita, merencanakan atau memiliki
master minded yang fokus, jelas, dan matang akan arah serta tujuan
kehidupan kita, sebelum dan hingga kita dapat mewujudkan apa yang ingin
kita rasakan.
Kita seharusnya dapat melatih diri kita untuk
siap menghadapi setiap keadaan dan tantangan hidup yang menghadang
karena keadaan serta tantangan dalam hidup ini, suka atau tidak suka,
siap ataupun tidak siap, semuanya harus kita lalui…
Dikatakan
demikian, karena ketika pada satu titik waktu ada yang mencoba untuk
menggoyahkannya, menggoda, atau ingin mengambil bagian dari diri kita,
kita sudah tahu dan siap; bagaimana kita harus bersikap, bagaimana
seharusnya kita bertindak, dan/atau bagaimana kita harus menyiapkan
langkah-langkah agar dapat menyikapi keadaan itu dengan bijaksana.
Kita
harus bisa menerima serta menyikapi suatu keadaan dalam hidup ini. Kita
harus siap menerima kritik atau mendapatkan masukan yang tidak sesuai
dengan keinginan atau harapan kita. Kita harus siap, untuk tidak selalu
menggunakan perasaan namun juga logika kita, untuk menghadapi tantangan
atau pergolakkan hidup.
Rasa takut yang muncul, seharusnya
mendidik kita, melatih diri serta intuisi kita, agar di saat kita
mengalami tekanan karena timbulnya rasa takut, kita tetap dalam keadaan
sadar dan tetap menggunakan segenap akal dan pikiran, serta bertindak
berdasarkan logika kita, untuk menemukan jawaban atas aral yang
merintangi hidup.
Ketakutan, cenderung menampilkan kabut
tebal dalam cermin kehidupan dan alam pikiran kita, sehingga kita tidak
dapat lagi melihat atau membedakan setiap pertanda dengan jelas.
Rasa
takut membuat kita bagaikan seekor katak di dalam tempurung. Rasa
takut, justru akan membuat kita menghadapi kendala-kendala baru karena
rasa takut itu justru membuat kita menjadi seakan-akan tidak mampu
untuk berbuat banyak dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang
sedang kita hadapi.
Rasa takut hanya menimbulkan kecemasan. Rasa
takut, hanya membuat diri kita stuck, padahal di depan sana, mungkin
saja masih banyak kesempatan yang terbuka untuk kita, andai saja kita
lebih membuka diri kita dan lebih menonjolkan keberanian kita, lalu
menutup rasa takut kita itu dengan tindakan serta pola pikir cerdas.
Rasa takut, membuat hidup kita tidak nyaman dan membuat kita seakan-akan tak mampu untuk membuat keputusan.
Memperhatikan uraian diatas, maka dapat dikatakan :
1.
Rasa takut sering kali terjadi karena diri kita sendiri yang
membuatnya atau membiarkan rasa takut itu tertanam di dalam benak
pikiran kita.
2. Rasa takut timbul, karena sebelum diri kita
sendiri mencoba untuk menghadapi tantangan atau permasalahan yang ada,
kita belum mencoba untuk berusaha melakukan sesuatu untuk menyikapinya.
Lucunya, kita sendiri sudah mengatakan bahwa kita tidak siap, sebelum
kita mencoba untuk menyelesaikan masalah.
3. Rasa takut terbentuk
karena kita membiarkan diri kita rapuh. Itu terjadi karena kita sendiri
tidak melatih atau membiasakan diri kita untuk menghadapi setiap
permasalahan yang menghadang di depan kita.
4. Rasa takut itu harus disikapi, bukan didiamkan menjadi bagian dari pribadi kita…
Haruskah
kita lari dari keadaan? Haruskah kita terbenam dalam rasa takut? Tidak.
Semakin kita berusaha untuk berlari menjauh dari keadaan yang tercipta
atau masalah yang menghadang di hadapan kita, maka rasa takut dan sakit
pun akan semakin menumpuk di dalam diri kita, tanpa kita sadari…
Padahal, di dalam masalah, pasti ada jalan keluar…
Tidak ada
seorang pun di bumi ini yang tidak memiliki masalah. Tidak ada seorang
pun yang tidak akan menghadapi badai dalam hidupnya. Sungguh, itu harus
terjadi. Kalau seseorang tidak ingin menghadapi badai dalam hidup ini,
janganlah seseorang tersebut menyebutkan diri mereka, manusia…
Pada
saat kita menghadapinya, mungkin pada awalnya kita masih akan merasakan
luka atau menderita. Ada perasaan berat atau sulit untuk melakukannya.
Lalu pada tahapan selanjutnya, mungkin pula kita baru bisa berjalan
tertatih-tatih. Akan tetapi, ketika kita mulai terbiasa untuk menjadi
terlatih, maka rasa takut itu tidak akan menghinggapi diri kita lagi
karena kita sudah tahu apa yang harus kita perbuat.
Jangan
pernah takut untuk gagal. Jangan pernah takut untuk ditolak. Jangan
pernah takut untuk tidak dapat meraih sebuah kesuksesan dalam hidup
ini. Jangan pernah membiarkan rasa takut, membuat pikiran kita, lemah
dan tidak berani menghadapi pergolakkan di dalam hati serta kehidupan.
Jangan
pernah takut untuk menerima kritikkan pedas, karena memang, tidak ada
seorang pun di bumi ini, yang sempurna dalam dirinya.
Dan yang juga cukup memiliki makna penting dari itu : Jangan biarkan rasa takut, menimbulkan fantasi semu dalam diri kita…
Kehidupan
yang kita jalani mungkin alurnya penuh liku dan tidak dapat kita tebak
arahnya. Namun, liku-liku alur kehidupan tersebut, sesungguhnya membuat
kita mendapatkan banyak pembelajaran, terutama tentang bagaimana
caranya agar kita bisa tetap tenang dan bisa menyiapkan diri kita agar
tidak terjebak oleh rasa takut yang ada dalam diri kita serta berusaha
mencari jawaban atas permasalahan yang ada.
Kalau kita tetap
membiarkan diri kita dalam rasa takut, maka itu adalah pilihan kita.
Begitu juga sebaliknya. Apabila kita tidak membiarkan agar diri kita
selalu dalam ketakutan serta kecemasan, atau ingin merubah rasa
ketakutan dengan sebuah pemikiran untuk berani mengambil suatu
keputusan ataupun suatu tindakan, itupun merupakan pilihan kita.
Makin
lama kita tenggelam dalam rasa takut, maka makin lama pula kita tidak
akan merasakan kedamaian dan ketenangan. Kita sendiri akan terus
menemui sejumlah kesulitan serta hambatan untuk menemukan pribadi kita
yang sebenarnya.
Sudah sepatutnya, rasa takut akan sesuatu
itu, tidak menjadi bagian dari pribadi serta diri kita. Percayalah…
Rasa takut, tidak akan pernah membuat kita dalam kondisi nyaman dan
damai di hati.
Sebab di dalam rasa takut, kita tidak akan pernah
dapat mengambil suatu keputusan penting, yang sangat besar kemungkinan,
akan dapat merubah aral kehidupan kita.
Bila kita mengerti
dengan apa yang diuraikan dalam tulisan ini, maka nyatakan dalam diri
dan hati kita : “Aku yang berjalan sendiri, tak ingin takut lagi…”
God Bless You everybody…
Salam Kasih saya,
Sarlen Julfree Manurung
- sarlen's blog
- 3893 reads