Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Ach ... Lembur lagi
Lembur .... Mendengar kata itu, buyar sudah rencana weekend yang sudah aku rancang sejak pertengahan minggu ini.
Tapi jika mengingat demi pelayanan ... rasanya bukan harga yang terlalu mahal untuk dibayar.
Semua gara-gara berhasil masuknya, seorang intruder atau cracker atau hacker atau apalah namanya, ke sabdaorg; yang kemudian memasang satu script pemanggil virus. Memang virus yang dipasang tidak terlalu berbahaya. Setidaknya tidak ada data-data atau file kami yang dirusak. Tapi pada gilirannya, virus ini menjadi sesuatu yang sangat serius, karena dia menginveksi setiap komputer yang mengakses sabdaorg, ditambah fungsinya yang berusaha untuk mengoleksi password, cukup rasanya untuk dijadikan alasan kita siaga satu (seperti ketika merapi mau meletus). Maklum banyak pengguna layanan SABDA.org yang perlu dilindungi. Bagi kami mereka sangat berarti dan penting.
Mengapa ya ... jika dipikir-pikir seperti kurang kerjaan sekali siapapun yang melakukannya. Tapi mungkin bagi dia, itu bisa menjadi kebanggaan tersendiri. Puas jika berhasil membobol sebuah situs. Semakin besar dan penting, semakin tinggi kepasn dan prestise yang diperoleh.
Benar tidak? Ah ... entah, aku tidak tahu, mugkin memang seperti itu. Sebab saat aku membayangkan, seandainya aku memiliki ilmu atau cukup pengetahuan seperti itu, kemungkinan besar tidak jauh beda. Jika dipikir-pikir apakah aku cukup kuat untuk tidak tergoda melakukan hal yang sama. Belum tentu, sebab aku sangat mengenal diriku yang juga suka iseng :)) Itulah sebabnya, dulu, ketika temanku mau mengajarkan padaku bagaimana melakukan carding. Aku menolaknya. Meski dalam hati tergoda, akudengan tegas menolaknya. Bukan karena aku munafik, tapi karena aku cukup tahu diriku seperti apa, aku pasti akan tergoda untuk melakukannya seandainya aku mengetahui tekniknya.
Bicara munafik, saya sering di cap seperti itu. "Munafik kamu, kamu sebenarnya ingin kan..." adalah kalimat yang paling sering dilontarkan. sayangnnya kalimat itu juga yang paling sering membuat saya akhirnya jatuh. Lucu ya hanya karena tidak mau disebut munafik, saya justru bersalah karena mengingkari prinsip yang saya yakini. Akhirnya justru saya menjadi munafik terhadap diri sendiri.
Lama saya merenungkannya hingga akhirnya saya memahami, bahwa selama ini orang sering salah menggunakan kata munafik. Kita sering terlalu cepat mencap seorang munafik hanya karena ia menolak melakukan ini dan itu, meski dalam hati tidak ingin menolak. tidak, munafik tidak seperti itu. Ada perbedaan antara munafik dan taat.
Bisa dikatakan munafik jika seorang ternyata diam-diam melakukan hal yang ditentangnya dimuka umum. Tapi jika dia menolak dan tetap tidak melakukannya di depan atau ketika tidak ada siapapun, meskipun dalam hatinya ingin melakukannya, itu bukanlah munafik. Itu adalah suatu sikap taat, taat terhadap prinsip yang diyakini.
Ah ... kenapa malah ngelantur ya ... Baru lembur segitu saja otak sudah error :D
Kembali ke masalah lembur nih ... keputusan ini akhirnya diambil karena ternyata semua tindakan preventif yang sudah kami rancang belum selesai hingga Jumat sore.
Mau jengkel jengkel sama siapa ... siapa yang melakukannya saja kami tidak tahu. Buat apa kesal, Anggap saja ini menjadi peringatan dari Tuhan agar ke depan kami bisa lebih berhati-hati dan profesional dalam pelayanan kami.
Trimz buat Mas atau Mbak yang sudah berkenan membobol situs kami, setidaknya itu bisa jadi peringatan untuk kami lebih berhati-hati lagi.
Tapi kalau boleh, besok-besok jangan diulang lagi... supaya kami tidak lembur lagi ...
Supaya kami masih bisa menyisihkan waktu untuk keluarga anak istri kami.
Tuhan memberkati.
my other blog about <a href="http://herbalmedicare.blogspot.com" title="Herbal Medical Care">herbal</a>
- Santosa's blog
- 5148 reads