Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Lomba Menulis SABDA Space
Tangan ibu itu seperti tak kenal lelah menumbuk nasi yang baru saja diangkat dari dandang. Tangan ibu itu pula yang sejak puluhan tahun yang lalu memegang kemudi sepeda ontel, menempuh puluhan kilometer menjajakan sepatu dan sandal kulit ke desa tempat tinggalnya semasa dia kecil. Seorang ibu yang tak kenal menyerah memperjuangkan dan membesarkan anak-anaknya.
...
Ketika siuman, aku melihat matahari senja menyinari ruangan menembus jendela kamar tempat saya dibaringkan, sinar itu menyilaukan mataku, seolah-olah aku seperti baru terbangun dari tidur yang panjang. Di kepalaku sebelah kiri, begitu terasa darah yang dikeluarkan itu mengalir melalui selang yang dipasangkan di kepalaku. "Ma, tolong tutupkan gerai jendela itu, sinarnya terang sekali, aku tidak bisa melihat", kataku kepada ibuku yang sedang menjagaku.
Salam Para Pembaca,
Bagian ini merupakan sambungan dari pada tulisan "Kunjungan ke Perth" bagian pertaman.Silahkan menikmati.
Tahun 1976, sepasang suami istri sedang melangkahkan kaki, keluar dari sebuah stasiun kereta api. Mereka baru saja tiba dari Jakarta. Dua minggu yang lalu, mereka belum membayangkan ada di tempat mereka berdiri saat ini.
Namanya
Riyanti, umur 38 tahun dan belum menikah. Dia bekerja di Rumah Sakit
tempat aku magang. Karena dia masih tinggal dengan bapak ibunya tiap
hari dia pulang-pergi Cilacap-Purwokerto, pagi sampai di Purwokerto
jam 8, pulang sekitar 4 sore.
Salam saudara pembaca sekalian,
Pertama-tama saya hendak menceritakan bahwa tulisan ini ditulis untuk memenuhi janji saya kepada saudara kita yang memakai nick "AHMADINEJAD".
Musim panas tahun ini telah diawali kembali.
Suhu di sekelilingku begitu panas menyengat dan kering.
Sejak kecil poltak hidup diantara keluarga yang bahagia menurut versi poltak, karena hampir setiap hari ada tawa cacian dengan makian, dan latihan perkelahian antara ayah pukul anak, mami pukul anak, ayah pukul mami, anak dengan anak saling pukul , anak dengan tetangga sampai tukang sayur pukul-pukulan, serta mempunyai barang yang ajaib seperti piring terbang, sendok garpu dan pisau terbang bahkan sayur dan roti isi strawberry pun bisa terbang, hanya lemari yang tidak terbang.
Dendam kesumat begitulah kira-kira kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan kejiwaan, dimana rasa benci yang telah lama mengendap bersiap-siap untuk keluar, meledak mencari pelampiasan.
Mengapa mimpi itu terus datang menganggu tidur malamku, mengapa dari hari ke hari harus ada mimpi itu..., hush...hush...mimpi sana pergi, ganggu saja gadis-gadis lain, jangan aku.
-0-
Halo para pembaca,
Dari Gambir - SMA Ketapang, itulah pertama kali aku naik angkutan umum di Jakarta sendirian. Takut??? So pati lah... tapi rasa pengen tahu, mengalahkan segala rasa takut. Tapi menurutku itu masih setengah-setengah karena aku pilih taksi. Harusnya sekalian aja aku naik bis, biar tahu rasanya naik angkutan umum di Jakarta... he he he...
Setelah beberapa lama di atas taksi, ketemu juga dengan SMA Ketapang. Dan semua cerita sebelum ada di SMA Ketapang ada di blog Cerpen Semarang - Bekasi.
Yogyakarta, 19 Juli 2008.
Tadi malam aku sampai di kota gudeg ini. Maksudnya mau liburan karena di Semarang sendirian, tapi ya gimana lagi. Yang diajakin liburan ternyata kerja. Jadi ya udah, tadi pagi-pagi nganter ke JEC (Jogja Expo Center), ada daftar ulang CPNS trus ditinggal di warnet sendirian karena hari ini yang disamperin masih kerja sampai jam 4 sore. Bingung mau ngapain,jalan2 aja deh ke Klewer, ternyata cerita kopdar kemaren dah dipasang Ko hai hai. Jadi pengen cerita juga ni....
Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru jika kita perhatikan dengan teliti dan seksama adalah satu kesatuan yang tak akan pernah terpisahkan, hal tersebut menunjukkan sifat Allah yang seimbang, sifat Allah yang adalah kasih dan adil yang konsisten dan berimbang. Sehingga tidak mengherankan, kita sebagai manusia, cenderung ingin rasanya mengkritik dan mengoreksi Alkitab yang adalah firman Allah yang tanpa salah yang menurut kemanusiaan kita Alkitab atau firman Allah tidak manusiawi dan tidak ada kasih dan tidak adil, tapi apa boleh dikata, itulah firman Allah, itulah Alkitab, yang mau tak mau harus kita terima dengan rendah hati dan mau belajar untuk mengerti siapa sebenarnya Allah yang kita sembah. Allah adalah Allah, manusia adalah manusia, Allah menuntut manusia untuk supaya kembali kepada-Nya dan memiliki sifat-sifat Tuhan, siapakah manusia yang begitu kurang ajar menuntut Allah menyesuaikan diri dengan manusia, bukankah seharusnya malah sebaliknya?